Profil Mr. Excata (Pak Ranito)

Terlahir di Desa Pendawa Kecamatan Lebaksiu Kabupaten Tegal, pada tanggal 9 Desember 1967 tepat pada hari Senin Kliwon, sehingga Ranito kecil sebelum diberi nama sampai hari puputan dan slametan pemberian nama, saya punya nama kecil (sementara) yaitu Kliwon hehehhehe... keren yach mas Kliwon. Mas Kliwon kecil yang unyu-unyu itu terlahir dari pasangan Ibu Kurpi dan Bapak Sori yang asli ndeso dan sekolahnya saja tidak sampai tamat SD. Ibuku hanya kelas 5 SD dan Bapaku kelas 3 SD. Tapi saya bangga dengan kedua orang tua saya yang meski hanya sekolah SD tidak sampai selesai tapi kedua orang tua saya bisa menciptakan generasi yang lebih baik dari dirinya. Pendidikan SD saya tempuh di di Desa kami selama 6 tahun lulus tahun 1981 dengan prestasi yang tidak terlalu menonjol, kemudian dilanjutkan untuk sekolah menengah SMP di kota Kecamatan yaitu Lebaksiu tepatnya di SMP Negeri Lebakisu yang sekarang namanya sudah berubah menjadi SMPN 1 Lebakisu selama tiga tahun dan lulus tahun 1984. Sekolah menengah atas dilanjutkan di SMA Negeri 2 Slawi dan lulus tahun 1987 kemudian mendapat program PMDK di IKIP Semarang di FPMIPA dengan jurusan Fisika lulus tahun 1992. Untuk riwayat pendidikanku kalau saya kilas balik ke belakang, banyak cerita yang nelangsa yang harus saya alami saat itu ceritanya sebagai berikut :

Pendidkan SMP 
Prinsip orang tua yang tinggal di Desa dengan kondisi pengetahuan dan pendidikan orang tua yang terbatas ditambah lagi keadaan ekonomi orang tua yang senin kemis minggu tidak jelas, karena pekerjaan orang tua hanya pengrajin pyan (pembuat gedek) penghasilan yang diperoleh tidak jelas. Jika punya anak makawajib hukumnya setelah besar paling tidak lulus SD itu harus membantu orang tua untuk meringankan beban pekerjaan orang tua, maka saat saya lulus SD, tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah lagi SD saja sudah cukup yang penting bisa baca tulis. Dan kondisi ini sudah umum yang ada di Desa saya, karena seperti itulah maka saya diam-diam mendaftar sekolah di SMP Negeri Lebakisu tanpa diketahui dan direstui oleh kedua orang tua. Pada saat itu saya nekat melakukan itu karena orang tua memang jauh sebelum saya lulus SD sudah diwanti-wanti agar tidak melanjutkan sekolah lagi karena biaya dan buat apa sekolah lagi, mau jadi apa karena tidak ada turunan, atau orang tua kami bilang "ora ana lenjarane priyayi (pegawai)" jadi sia-sia jika sekolah tinggi. Nampaknya prinsip itu sudah menjadi pandangan yang medarah daging bahwa untuk menjadi pegawai itu harus ada turunannya atau yang bisa membawa. Ranito kecil saat itu tidak peduli dengan prinsip dan pandangan kedua orang tuanya, yang ada dipikiranku hanya kalau saya tidak sekolah lagi maka saya akan capai membantu orang tua terus hingga dewasa dan saya akan menjadi seperti orang tuaku sebagai pengrajin pyan terus menikah. Yang saya rasakan sebagai anak dari tukang pyan ternyata tidak enak karena serba kekurang secara ekonomi, bagaimana saya harus mengikuti pekerjaan orang tua yang kurang menjajikan, kapan majunya dan ada perubahan. Itulah yang ada di otak saya maka dengan uang yang saya kumpulkan sedikit demi sedikit saya mencoba mendaftar sendiri. 

Karena saya sangat yakin jika saya diterima dan nangis model gaya india serta mogok makan dan membantu pekerjaan orang tua pasti orang tua akan luluh. Dan kenekatan saya jitu, bener-benar terjadi orang tua menjadi luluh. Hari pertama sekolah harus pakai sepatu untuk sekolah di SMP, padahal sejak sekolah SD saya tidak pernah pakai sepatu karena memang begitulah kondisi yang umum saat itu sekolah tidak pakai sepatu. Karena aturan harus pakai sepatu maka bingunglah saya saat itu, saya harus cari sepatu dimana mau minta tidak mungkin asal dijinkan sekolah saja saya sudah maturnuwun apalagi harus minta dibelikan sepatu, pada saat itu orang yang bisa bersepatu hanyalah orang kaya dan anak pegawai. Putar dan peras otak gimana caranya untuk bisa dapat sepatu. Dan akhirnya memang Allah itu selalu Maha Pengasih pada hambanya disaat membutuhkan. disaat yang genting itu saya datangi Bulik saya yang baru jadi Penganten pasti masih punya bekas suaminya yang tidak terpakai karena suami dari Bulik saya itu sopir jadi tidak mungkin pakai sepatu. 

Akhirnya saya dipinjami sepatu penganten yang bentuknya dan modelnya Janggel (hak tinggi) seperti Elvis Presley. Hari pertama masuk pakai sepatu Janggle memang aneh, tapi dari pada tidak sekolah biar aneh tapi lumayan. Tahun selanjutnta barulah dibelikan sepatu oleh orang tua saya dan sepatu pertama kali yang saya miliki adalah model BIGBOS sepatu KUNGFU CHINA yang item tipis dan memang harganya murah itulah yang baru bisa terjangkau dibeli orang tua saya. Nelangsa yach......??? Kasihan dech looo Ranitoooooo 

Pendidikan SMA
Tunggu yachh nanti kalo aku sempat akan ditulis lagi sambil ngeling-eling jaman nelangsa

0 komentar:

Posting Komentar