Kawah yang dibuat oleh tumbukan asteroid dapat menjadi tempat terbaik melihat tanda kehidupan di planet lain berdasarkan hasil penelitian. Organisme kecil ditemukan hidup jauh dibawah sebuah lokasi di AS dimana sebuah tumbukan asteroid terjadi sekitar 35 juta tahun lalu.
Para ilmuan percaya kalau organism tersebut adalah bukti kalau kawah demikian memberi tempat pengungsian bagi mikroba, memayungi mereka dari dampak cuaca dan peristiwa yang berubah seperti pemanasan global atau zaman es.
Bentuk Kehidupan
Studi ini menunjukkan kalau lokasi kawah di Mars mungkin menyembunyikan kehidupan, dan mengebor dibawahnya dapat memberikan bukti bentuk kehidupan yang sama.
Para peneliti dari Universitas Edinburg mengebor hampir 2 km dibawah salah satu kawah tumbukan asteroid terbesar di Bumi, di Chesapeake Bay, AS.
Sampel dari bawah tanah menunjukkan kalau mikroba tersebar tidak merata pada batuan, menunjukkan kalau lingkungan tersebut terus berkembang 35 juta tahun setelah tumbukan.
Nutrisi Mikroba
Para ilmuan mengatakan kalau panas dari tumbukan asteroid akan membunuh segalanya di permukaan.
Walau begitu, rekahan batuan jauh dibawah memungkinkan air dan nutrisi mengalir masuk dan mendukung kehidupan. Beberapa organisme tumbuh dengan menyerap unsur-unsur seperti besi dari batuan.
Penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Astrobiology.
“Daerah retak sangat dalam di sekitar kawah dapat memberikan lokasi aman dimana mikroba dapat hidup leluasa dalam waktu lama. Temuan kami menunjukkan kalau bawah permukaan kawah di Mars mungkin merupakan tempat menjanjikan untuk mencari bukti kehidupan,” kata Professor Charles Cockell, dari Sekolah Fisika dan Astronomi. Cockell adalah pengarang utama studi ini.
Sumber berita:
University of Edinburgh.
Referensi jurnal:
Charles S. Cockell, Mary A. Voytek, Aaron L. Gronstal, Kai Finster, Julie D. Kirshtein, Kieren Howard, Joachim Reitner, Gregory S. Gohn, Ward E. Sanford, J. Wright Horton, Jens Kallmeyer, Laura Kelly, David S. Powars. Impact Disruption and Recovery of the Deep Subsurface Biosphere. Astrobiology, 2012; 12 (3): 231 DOI: 10.1089/ast.2011.0722
0 komentar:
Posting Komentar